Selasa, 04 Mei 2010

Rahasia Minyak Zaitun

Sejak zaman dulu, masyarakat sering mengaitkan minyak zaitun untuk kecantikan. Pendapat itu tidak salah. Meski sebenarnya, seperti kata Dr Ir Alsuhendra MSci, pakar biokimia pangan dan gizi Universitas Negeri Jakarta (UNJ), manfaat lain minyak yang diolah dari biji zaitun ini tak kalah besarnya.

Zaitun termasuk jenis Olea europaea dari keluarga Oleaceae. Sejak ribuan tahun silam masyarakat di sekitar Laut Tengah dan Timur Tengah telah merasakan manfaatnya. Dalam bentuk buah, zaitun muda yang berwarna hijau kekuningan kerap disantap begitu saja atau sebagai penambah rasa. Sementara zaitun yang matang dengan warna hitam kerap diacar maupun diperas untuk diambil minyaknya.

Setiap buah zaitun yang matang mengandung 80 persen air, 15 persen minyak, satu persen protein, satu persen karbohidrat, dan serat satu persen. Untuk menghasilkan buah dan berproduksi secara penuh, pohon zaitun harus berumur 15-20 tahun.

Hingga saat ini Italia dan Spanyol berada di barisan terdepan negara penghasil minyak zaitun, disusul oleh Yunani, Tunisia, Maroko, dan Amerika Serikat (AS). Kawasan mediterania selama ini memang dikenal sebagai gudang buah dan minyak zaitun.

Selama ini penduduk Timur Tengah mengandalkan zaitun sebagai sumber minyak nabati. Minyak inilah yang menciptakan rasa khas pada hidangan mereka. Jika diolah menjadi minyak maka kandungan asam lemak yang dimiliknya antara lain asam oleat atau omega 9 (79%), asam palmitrat atau asam lemak jenuh (11%), asam linoleat atau omega 6 (7%), asam stearat (2%), dan lain-lain sebesar 1%.

Alsuhendra mengatakan, tingginya kandungan asam lemak tak jenuh --khususnya asam lemak tak jenuh dengan ikatan rangkap tunggal di mana di dalamnya terdapat asam oleat atau omega 9 dan juga asam linoleat atau omega-6, yakni mencapai 65-85 persen-- membuat minyak zaitun banyak digunakan di bidang kesehatan. Lebih jauh, alumnus Institut Pertanian Bogor ini menyebutkan asam lemak tak jenuh dengan ikatan rangkap tunggal ternyata memiliki keunggulan, yakni lebih sulit teroksidasi.

Dengan sifat ini maka jika dioleskan ke kulit maka kulit akan terlindungi dari sinar matahari dan tidak akan terpicu menjadi kanker atau tumor. Jika dikonsumsi manfaat zaitun erat dengan kandungan omega 9. Omega 9, jelasnya, mampu menekan low density lipoprotein (LDL) atau yang akrab dikenal dengan kolesterol jahat dalam tubuh dan menaikkan kadar high density lipoprotein (HDL) atau kolesterol baik.

''Khasiat kesehatan zaitun memang luar biasa. Tidak hanya kandungan asam lemaknya tetapi juga senyawa lain seperti klorofil yang berperan sebagai antioksidan,'' katanya.

Saat ini di pasaran terdapat beberapa jenis minyak zaitun tergantung pada proses ekstrasinya, yakni minyak zaitun perawan, murni, dan sulingan. Yang pertama merupakan minyak zaitun bermutu tinggi karena merupakan hasil ekstrasi pertama. Mudah dikenali melalui warnanya yang kehijauan. Sedangkan yang sulingan biasanya berwarna keputihan sebagai hasil dari pemanasan.

Lantas bagaimana agar kita bisa menuai manfaat maksimal minyak zaitun? Suhendro mengatakan tergantung kebutuhan yang kita inginkan. Jika minyak zaitun difungsikan sebagai bahan baku dengan tujuan penambah gizi, lelaki kelahiranPadang ini menyarankan untuk memilih yang murni.

Namun, jika hanya sekadar untuk mempercantik makanan maka minyak hasil sulingan sudah memadai. Sebagai tambahan, Alsuhendro menambahkan zaitun merupakan jenis minyak yang tidak begitu suka dengan panas tinggi. Pasalnya pemanasan yang tinggi hanya akan merusak ikatan rangkap asam lemak zaitun, dan yang lebih mengkhawatirkan, dampak lanjutannya akan mengubah minyak zaitun justru menjadi radikal yang berbahaya bagi tubuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar